LETUSAN GUNUNG KELUD : SEJARAH, AKIBAT, DAN PENANGGULANGAN
Sifat dan
Karakteristik Gunung Kelud
Gunung yang satu ini sering juga disebut dengan
Gunung Kelud ataupun Gunung Kelut. Gunung ini secara administratif terletak di
perbatasan Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang. Puncaknya
berada pada ketinggian 1717 (meter dpal) . Puncak kawah gunung ini, terletak di
Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri.1990 du volcan Kelud (1992), menggambarkan
karakter letusan Kelud di masa itu.
Gunung ini tercatat sebagai gunung yang sangat aktif.
Menurut penelitian Smithsonian selama seratus tahun terakhir ini sudah tercatat
letusan hampir 40 kali. Letusan terbesar dalam catatan sejarah sejak seribu
tahun lalu terjadi pada tahun 1586 dimana waktu itu terjadi hampir semua
karakter erupsi [ Central vent eruption, Crater lake eruption, Explosive
eruption, Fatalities, Damage (land, property, etc.) dan Mudflow(s) (lahars)].
Menurut buku Data Dasar Gunung Api di Indonesia jumlah korban diperkirakan
mencapai 10 000 orang. Bayangkan saja pada tahun itu tentunya jumlahpenduduk
masih sangat sedikit, tapi mampu menelan jumlah korban sangat banyak. Letusan
tahun 1856 itu diperkirakan memiliki kekuatan Volcanic Explosivity Index (VEI):
5. Kira-kira setara letusan Pinnatubo tahun 1991.
Kenampakan
Danau Kawah di Gunung Kelud sebelum letusan 2014
Gunung
Kelud merupakan gunung api strato andesitik yang tergolong masih aktif. Selama
abad 20 telah terjadi 5 kali letusan masing masing pada tahun 1901, 1919, 1951,
1966 dan 1990.
Gunung
Kelud memiliki 2 ciri letusan yaitu :
1.
Letusan semi magmatik merupakan letusan freatik yang terjadi akibat penguapan air danau kawah yang merembes melalui rekahan pada dasar kawah yang secara serentak kemudian dihembuskan ke atas permukaan. Jenis letusan ini umumnya mengawali aktivitas gunung Kelut terutama memicu terjadinya letusan magmatik. Letusan magmatik merupakan letusan yang menghasilkan rempah- rempah gunungapi baru berupa lava, jatuhan piroklastik, dan aliran piroklastik. Letusan magmatik yang terjadi umumnya bersifat eksplosif yang dipengaruhi penambahan kandungan gas vulkanik disertai meningkatnya energi letusan terutama energi panas.
Secara
morfologis, Gunung Kelud dapat dibedakan menjadi lima satuan morfologi
(Wirakusumah, 1991), yaitu: Satuan morfologi Puncak dan Kawah; Satuan Morfologi
Tubuh Gunung Api; Satuan Morfologi Kerucut Samping; Satuan Morfologi Kaki dan
Dataran, serta Satuan Morfologi Pegunungan sekitar.
Sejarah Letusan
Gunung Kelud
1.
Letusan 1901
Letusan
terjadi tengah malam, 22-23 Mei 1901, selama sekitar dua jam dan meningkat pada
pukul tiga pagi. Awan panas menyerang wilayah Kediri. Bunyi letusan terdengar
sampai Pekalongan, sementara hujan abu menyampai Sukabumi dan Bogor. Korban
jiwa dilaporkan cukup banyak, tetapi angka pasti tidak tercatat.
2.
Letusan 1919
Sedikitnya
5160 orang menjadi korban jiwa akibat letusan gunung Kelud pada tengah malam,
20 Mei 1919 yang disebut terbesar dalam abad 20. Letusan ini snagat keras
sehingga dentumannya terdengar sampai Kalimantan. Hujan batu cukup lebat dan
sebgaian atap rumah hancur, dan hujan abu mencapai Bali. Kota Blitar dilaporkan
mengalami kehancuran akibat letusan ini.
Gambar
Bangunan di sisi-sisi gunung api Kelud setelah letusan pada 19 Mei 1919
3.
Ledakan 1951
Letusan
terjadi pada pukul 06.15 pagi pada 31 Agustus 1951 yang menyebabkan tujuh orang
tewas dan meulai 157 orang. Setidaknya terdengar empat dentuman keras akibat
letusan ini. Hujan batu yang sebagian sebesar buah mangga menerpa sebagian
wilayah Margomulyo. Hujan abu terjadi selama sekitar satu jam dan mencapai kota
Bandung, Jabar.
4.
Letusan 1966
Terjadi pada 26 April 1966
pukul 20.15 WIB, letusan ini diwarnai luapan lahar di sejumlah sungai di
sekitarnya. Sedikitnya 210 orang tewas akibat letusan ini.
5.
Letusan 1990
Letusan
terjadi secara beruntun pada 10 Februari 1990. Letusan yang terjadi belakangan
lebih besar. Letusan utama disertai awan panas sejauh 5km dari kawah. Daerah yang
rusak tidak terlalu luas, namun sebaran abu jauh lebih luas dan diperkirakan
mencapai luasan 1700km persegi. Sekitar 500 rumah rusak akibat tertimpa hujan
abu. Korban jiwa sekitar 32 orang.
6.
Letusan 2007
Kali
ini letusan gunung Kelud tidak eksplosif seperti sebelumnya, melainkan
kemunculan kubah lava yang besar di kawah Kelud. Kubah itu terus tumbuh sejak 5
November 2007 hingga berukuran selebar 100meter. Akibat aktivitas tinggi
tersebut terjadi gejala unik dalam sejarah Kelud dengan munculnya asap tebal
putih dari tengah danau kawah diikuti dengan kubah lava dari tengah-tengah
danau kawah sejak tanggal 5 November 2007 dan terus "tumbuh" hingga
berukuran selebar 100 m.
.Kubah
lava 2007 tampak di tengah, dengan latar
belakang Puncak Kelud.
7. Letusan 2014
Peningkatan aktivitas Gunung Kelud mulai kembali terjadi
di akhir tahun 2013. Pada 10 Februari 2014, status meningkat menjadi Siaga
(Level III).Pada 13 Februari 2014, sebelum meletus, tercatat gunung Kelud telah
mengalami gempa vulkanik dangkal sebanyak 190 kali, dan gempa vulkanik dalam
sebanyak 442 kali pada pukul 12:00-18:00 WIB.Pada pukul 21.15 WIB, status
menjadi Awas. Persiapan-persiapan mengenai kebencanaan telah mulai dilakukan.
Kawasan seputar 5 km dari titik puncak kawah telah disterilkan dari kegiatan
manusia. Lalu, radius pengosongan aktifitas manusia diperlebar menjadi 10 km
dari puncak. belum sempat pengungsian dilakukan, pada 13 Februari 2014
pukul 22.50 terjadi letusan tipe ledakan (eksplosif).Abu vulkanik Kelud yang
terlontar pada letusan terdahsyatnya, setinggi 17 kilometer! Dan melontarkan
kerikil sejauh 25 kilometer.Suara ledakan dilaporkan terdengar hingga kota Solo
dan Yogyakarta (200 km), bahkan Purbalingga (lebih kurang 300 km), Jawa Tengah.
Pada tanggal 14 Februari 2014, saat dini hari, gemuruh
aktivitas gunung juga sesekali terdengar hingga wilayah Kabupaten Jombang.Pada
pukul 02:00 AM, letusan Gunung Kelud mulai mereda. Namun untuk mencegah hal
yang tak diinginkan, BMKG tetap menyatakan area steril dengan radius sejauh 10
kilometer dari puncak Kelud tetap berlaku.Di daerah Madiun dan Magetan jarak
pandang untuk pengendara kendaraan bermotor atau mobil hanya sekitar 3-5 meter
karena turunnya abu vulkanik dari letusan Gunung Kelud tersebut sehingga banyak
kendaraan bermotor yang berjalan sangat pelan-pelan.
Di sisi lain
banyak pengguna kendaraan atau warga di sekitar Kota Madiun yang terganggu
akibat erupsi tersebut.Pada letusan gunung Kelud sejak Kamis malam hingga
Jum’at dini hari, (13-14 Februari 2014), telah menyebabkan 2 orang tewas akibat
kecelakaan saat mengungsi dan membuat 100.248 orang harus menjauh dan
diungsikan dengan jarak minimal 10 kilometer.Sementara itu beberapa bandara di
pulau Jawa ditutup akibat tebalnya abu vulkanik. Bandara yang ditutup
diantaranya adalah bandara di Surabaya, Malang, Jogjakarta, Semarang, Solo
bahkan Bandung.Akibatnya ratusan penerbangan dibatalkan. Pihak angkasa pura dan
maskapai penerbangan mengaku merugi hingga milyaran rupiah.
Empat hingga lima buah alat pencatatan aktivitas di Pos
Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) sekitar Gunung Kelud,
Kediri Jawa Timur juga mengalami kerusakan.Alat berupa seismograf itu rusak
akibat tertimbun oleh material batu dan debu yang berjarak hanya lima kilometer
dari gunung.Rusaknya alat tersebut mengganggu PVMBG untuk memantau aktivitas
gunung Kelud dari kantor PVMBG yang ditampilkan melalui layar, menjadi tidak
berfungsi sama sekali. Maka pertugas melakukan pemantauan selanjutnya dengan
peralatan manual.
Berikut kronologi aktifnya Gunung Kelud hingga
meletus pada 2014:
Januari 2014
Terjadi peningkatan jumlah kegempaan di Gunung
Kelud yang didominasi oleh Gempa Vulkanik Dangkal (VB) dan Vulkanik Dalam (VA).
Gempa vulanik dalam meningkat sejak tanggal 15 Januari 2014 dengan kisaran
22-157 kejadian per hari atau rata-rata harian 90 kejadian.
Tanggal 27
Gempa vulkanik dangkal teramati meningkat
signifikan dalam kisaran 13-90 kejadian per hari atau rata-rata 37
kejadian/hari.
2 Februari 2014
Berdasarkan peningkatan kegempaan vulkanik yang cukup
signifikan tersebut, status Gunung Kelud dinaikkan dari Normal (Level I)
menjadi Waspada (Level II) Kegempaan didominasi oleh Gempa Vulkanik Dangkal
(VB) dan Vulkanik Dalam (VA).
5-8 Februari 2014
Teramati adanya peningkatan energi sejak tanggal 6
Februari. Gempa tersebar di sekitar Gunung Kelud, dengan kedalaman di bawah 5
km, dari bawah puncak dan umumnya terkonsentrasi pada kedalaman 1,5 km sampai
2,5 km.
9 Februari 2014
Terjadi peningkatan energi di mana amplitudo
(simpangan yang paling jauh pada getaran, red) gempa-gempa vulkanik relatif
membesar dan jumlah yang meningkat. Kalkulasi hiposenter gempa-gempa Vulkanik
memperlihatkan sebaran gempa di sekitar Gunung Kelud dengan kedalaman mencapai
3 km di bawah puncak.
Berdasarkan hasil pemantauan visual dan
instrumental serta potensi ancaman bahaya Gunung Kelud, pukul 21.15 WIB status
kegiatan Gunung Kelud dinaikkan dari SIAGA (level III) menjadi AWAS (level
IV).Masyarakat di sekitar Gunung Kelud dan pengunjung/wisatawan tidak
diperbolehkan melakukan aktivitas dan mendekati kawah dan yang ada di puncak
Gunung Kelud dalam radius 10 km dari kawah aktif.
Terjadi letusan.
1.
pkl. 22.55
2.
pkl. 23.00
3.
pkl. 23.23
4.
pkl. 23.29 terjadi letusan besar
5.
pkl. 23.36 hujan batu sampai ke Pare
6.
pkl. 23.41 Hujan krikil sampai ke Wates dan Pesantren
Kota Kediri
7.
pkl. 23. 55 hujan krikil sampai di SLG
8.
pkl. 00.05 hujan krikil sampai ke pace nganjuk
9.
pkl. 22.50 petugas vulkanologi meninggalkan pos kelud
saat letusan ke 3
10.
pkl. 01.10 pengungsi dari Trisulo dan Sugihwaras sebanyak
2 truk diungsikan ke posko Utama Convention Center SLG
11.
Semburan atau letusan mencapai ketinggian 17 km atau
50.000 kaki yang terjadi pada pukul 23.23 hari kamis tgl 13 februari 2014, kata
bapak Gede Swantika, Ini Merupakan Letusan Gunung Kelud Terdasyat Dibandingkan
Th. 1990 .
Hubungan Letusan Gunung Kelud 2014 dengan
Fenomena Alam
1. Sebaran Abu Vulkanik
Pada pagi hari tanggal 14 Februari 2014, awan
debu vulkanik gunung Kelud terbawa angin hingga ratusan kilometer ke arah barat
dan timur pulau Jawa. Material vulkanik yang dilontarkan gunung Kelud saat
meletus adalah setinggi 17 kilometer, dan jatuhan material kerikil kurang lebih
sejauh 20 kilometer.
Lontaran material vulkanik dengan energi kuat
inilah yang menyebabkan tersebarnya abu gunung Kelud dapat menyebar dengan
jarak yang jauh, hingga ratusan kilometer dari kepundannya.
Pada ketinggian 1-5 kilometer, hembusan angin
ke arah timur dan membawa debu vulkanik hingga ke kota Ampenan di pulau Lombok.
Sedangkan pada ketinggian 5-17 kilometer, hembusan angin ke arah barat dan
membuat kota diwilayah Jawa Tengah dan Jogjakarta sempat gelap.
Bahkan pada siang dan sore hari pada tanggal
yang sama, 14 Februari 2014, debu dapat mencapai hingga Ciamis, Garut,
Tasikmalaya dan Bandung bahklan Bogor di Jawa Barat.
Pada tanggal 15 Februari 2014, hembusan angin
cenderung berubah arah yaitu kearah selatan dan tenggara. Hal ini membuat
sisa-sisa material abu vulkanik gunung Kelud yang masih melayang di angkasa
merubah arahnya ke Samudera Hindia. Akibatnya hujan abu vulkanik dibeberapa
wilayah dan kota sudah mulai berkurang.
2. Petir dan Guntur Gunung Kelud
Dalam sebuah penelitian ilmiah, fenomena ini
terjadi karena muatan listrik yang dihasilkan itu terjadi ketika fragmen
batuan, abu vulkanik dan partikel es bertabrakan dan menghasilkan listrik
statis.
Pada umumnya, terdapat sekitar 300 kali petir
yang muncul ketika gunung berapi mulai menunjukkan aktivitasnya. Erupsi gunung
berapi juga melepaskan sejumlah air yang berfungsi sebagai ‘bahan bakar’ badai
petir tersebut. “Selama erupsi terjadi, akan ada banyak petir besar dan kecil
serta bunga api yang muncul dan terlihat seperti membelah kawah gunung berapi,”
jelas Ronald J Thomas, seorang fisikawan atmosfer dari New Mexico Tech.
3. Hubungan Konjungsi Bulan dan Letusan Kelud
Perlu diketahui bahwa aktifitas gempa
tektonik maupun gempa vulkanik biasanya beriringan dengan saat konjungsi maupun
purnama Bulan. Adapun purnama Bulan pada bulan Robi’ul Akhir itu bertepatan
dengan tanggal 15 Februari 2014 pukul 05:55:46 , yang berarti gunung Kelud
meletus 32 jam 5 menit 46 detik sebelum saat purnama.
Gunung Kelud meletus beberapa saat (9 menit)
setelah Bulan transit di atas langit. Saat transit bulan, adalah saat dimana
posisi Bulan, Bumi dan matahari berada hampir atau paling sejajar pada garis
lurus. Artinya, Bulan berada pada posisi paling vertikal diatas kepala kita
pada hari itu, atau yang terjadi pada saat jarak sudut (elongasi) suatu benda
dengan benda lainnya, walau tak terjadio gerhana Bulan namun nyaris nol
derajat. Pada hari itu, Kamis, 13 Februari 2014 Bulan transit di atas langit
Malang dan sekitarnya pada pukul 22:41 WIB, sembilan menit kemudian yakni pukul
22:50 WIB gunung Kelud meletus
osisi Bulan saat transit pukul 22:41 WIB
berada di azimut 00° 11’ Altitude 68° 50’ dihitung dari lokasi Gunung Kelud
yang mana koordinatnya 112° 18’ 28” bujur timur, 7° 55’ 48” lintang selatan. Adakah
korelasinya antara aktivitas gunung meletus dengan fase-fase Bulan maupun
transit Bulan? Secara ilmiah saat ini belum ditemukan korelasinya, akan tetapi
sudah pasti terjadi peningkatan gaya gravitasi.
Jadi, bisa saja aktivitas vulkanik yang
meningkat pada level tertentu sebelum gunung Kelud meletus, adalah akibat
adanya pengaruh gaya gravitasi Bulan yang lebih dominan pada saat Bulan transit
diatas kota Malang. Hal tersebut tentunya sedikit banyak akan menarik magma
gunung berapi ke arah atas, sehingga memicu gunung berapi yang kondisinya sudah
di ujung tanduk untuk meletus.
4. Material Abu Vulkanik Gunung Kelud Berbeda
Saat letusan di tahun 2014 ini, gunung Kelud
telah memuntahkan material vulkanik sebanyak 100 juta meter kubik. Material
sebanyak itu hanya dimuntahkan Kelud dalam waktu singkat.
Jika dibandingkan dengan gunung Merapi yang
meletus sebelumnya, maka material vulkanik yang dikeluarkan gunung Merapi untuk
mencapai 100 juta meter kubik harus dibutuhkan dalam waktu sebulan lamanya.
Jika dibandingkan dengan gunung Sinabung di
Sumatera Utara yang meletus sejak September 2013 hingga Februari 2014, dan
hingga kini masih terus berlangsung, atau telah 5 bulan lamanya, material
vulkanik yang dikeluarkan selama 5 bulan itu belum mencapai 100 juta meter
kubik.
Kerikil besar dari gunung Kelud yang
ditemukan di wilayah Blitar dan Kediri
Sedangkan menurut penelitian dari Universitas
Gajah Mada (UGM) Jogjakarta, ukuran material vulkanik yang dikeluarkan dari
Gunung Kelud memiliki ukuran yang berbeda-beda. Untuk ukuran material vulkanik
berupa pasir ditemukan pada jarak yang jauh hingga Solo dan Jogjakarta,
sedangkan material berupa abu yang sangat halus dapat terbang sejauh ribaun
kilometer mengikuti arah angin.
Sejauh ini abu vulkanik gunung Kelud ke arah
timur mencapai pulau Lombok di Nusa Tenggara Timur Dan abu vulkanik yang ke arah
barat lebih jauh lagi karena diakibatkan angin berhembus ke arah barat. Sejauh
ini abu vulkanik telah ditemukan hingga Garut, Tasikmalaya, Bandung, hingga
Ciamis di Jawa Barat. Sedangkan material vulkanik berupa kerikil dan kerakal
ditemukan di daerah Kediri, Blitar dan sekitarnya.
Pecahan bebatuan tersebut memang cukup besar,
bukan hanya sekadar kerikil kecil. Menurut warga Blitar dan Kediri, volumenya
pun cukup banyak. Menurut penduduk setempat, kalau material kerikil dan kerakal
itu dikumpulkan maka bebatuan yang menghujani atap tiap rumah, bisa mencapai
satu truk!
Bentuknya putih seperti batu kapur tetapi ada
bintik-bintik hitam. Bentuknya macam-macam, kebanyakan berupa serpihan atau
pecahan. Selain itu, material sebesar kepalan tangan juga jatuh dan tersebar
pada radius hingga 10 kilometer dari kubah Kelud. Meski demikian kerikil,
kerakal apalagi batuan kecil dari gunung Kelud itu cukup sakit kalau mengenai
kepala jika tanpa penutup topi atau helm. Tak bisa dibayangkan, bagaimana
paniknya warga dikala itu, pada saat malam gelap, tiada lampu lagi yang
menyala, dihujani kerikil dan kerakal yang “masih hangat” dari lontaran gunung
Kelud.
Sedangkan tekstur abu vulkanik gunung Kelud
yang diteliti pun, ternyata lebih lembut jika dibandingkan dengan abu vulkanik
yang dimuntahkan Gunung Merapi. Warna abu juga berbeda. Abu dari Kelud berwarna
kecokelatan, sedangkan abu Merapi cenderung abu-abu.
2.3
Mitigasi Bencana Alam Gunung Kelud
Awal tahun 2014 ini Gunung Kelud menunjukkan tanda-tanda peningkatan kegempaan dan pada tanggal 13 Februari 2014 mengalami erupsi. Daerah Blitar yang dalam sejarah letusan Gunung Kelud selalu terdampak sangat parah, sehingga sebelum letusan 2014 ini terjadi beberapa uapaya mitigasi kesiapsiagaan telah dilakukan untuk m meminimalkan jumlah korban dan kerusakan.
2.3.1 Mitigasi dan Kesiapsiagaan
Mitigasi bencana yang telah dilakukan oleh pemerintah
Kabupaten Blitar dalam menghadapi letusan Gunung Kelud diantara adalah gladi
posko di setiap koramil. Penyelenggaraan penyuluhan dan pelatihan telah
dilakukan dengan melakukan gladi/pelatihan simulasi bencana penanggulangan
letusan Kelud. Gladi ini melibatkan aparat sipil dan militer seluruh kabupaten
Blitar, dengan kegiatannya adalah simulasi pembuatan MCK di pengungsian, pendidikan
dan latihan [Diklat SAR], rapat pembentukan Klaster PB, serta Penyiapan tenda
lapangan. Penyuluhan juga dilakukan kepada masyarakat mengenai status Gunung Kelud,
sosialisasi tempat dan jalur evakuasi dan rambu-rambu tanda evakuasi. Pemkab Blitar
bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah [BPBD] Kabupaten Blitar dan Lembaga
Penelitian Universitas Jember. telah menyusun rencana kontinjensi yang dituangkan
dalam dokumen “Prosedur Tetap [Protap] Tanggap Darurat Bencana Gunung Kelud
Kabupaten Blitar” pada Oktober 2013yang tujuannya adalah untuk:
•
Menghimpun kekuatan yang tersedia di tingkat kabupaten
hingga kecamatan dalam pelaksanaan kesiapsiagaan dan penanganan darurat bencana
Gunung Kelud.
•
Mempersingkat waktu tanggap khususnya pada masa krisis
yang memiliki waktu relatif singkat.
•
Mengurangi dampak negatif akibat bencana yang timbul
secara cepat, tepat, efektif, dan efisien dengan mengutamakan sumberdaya lokal.
Komunikasi yang efektif juga dibangun agar informasi dari
pusat langsung bisa sampai kepada masyarakat, Salah satunya adalah seperti yang
terlihat dari terbentuknya jaringan komunikasi radio HT di Kecamatan Gandusari
yang diberi nama BBS Mitra [Babinsa Mitra]. Sebuah komunitas amatir radio yang
dikepalai oleh Danramil Gandusari dan terdiri dari para Babinsa [Bintara
Pembina Desa] beserta komponen masyarakat terkait. Pemerintah Kabupaten nBlitar
juga mempersiapkan tempat evakuasi di 4 kecamatan yang diprediksi menjadi daerah
terdampak erupsi sebagai berikut:
1.
Kecamatan Nglegok : 24 tempat evakuasi, daya tampung
29.100 jiwa
2.
Kecamatan Gandusari : 12 tempat evakuasi, daya tampung
10.028 jiwa
3.
Kecamatan Garum : 15 tempat evakuasi, daya tampung 6.700
jiwa
4.
Kecamatan Ponggok : 12 tempat evakuasi, daya tampung
7.700 jiwa
Untuk menunjang aktivitas di tempattempat evakuasi tadi
juga telah berhasil dipersiapkan sarana dan prasarana pendukung sebagai
berikut:
Semua ini dilakukan untuk memberikan rasa aman kepada
masyarakat yang terdampak erupsi Keluda dan mengurangi dampak kerusakan serta
korban yang mungkin berjatuhan. Sebelum Kelud erupsi, telah dilakukan
pemasangana tanda-tanda dan jalur evakuasi ditempat yan startegis agar
masyarakat mengerti kemana mereka harus mengungsi.
2.3.2 Tanggap Darurat
Sejak ditetapkan naiknya status Gunung Api dari Waspada
ke Siaga, warga sudah meninggalkan tempat tinggalnya untuk mengungsi ke tempat
yang lebih aman, sehingga letusan yang terjadi 1 jam 45 menit dari
ditetapkannya status Awas tidak menimbulkan korban jiwa. Salah satunya adalah
penduduk Dusun Margomulyo di Desa Sugihwaras Kecamatan Ngancar, Kabupaten
Kediri, merupakan desa yang terletak paling dekat dengan kawah Kelud. Sejak
Gunung Kelud ditetapkan statusnya menjadi SIAGA, masyarakat dipacu kesadarannya
untuk lebih siaga dan memahami karakter gunung serta mematuhi himbauan
pemerintah untuk mengungsi. Kesiapsiagaan penduduk yang bermukim di kaki Gunung
Kelud ini, patut dijadikan contoh.
Komunikasi radio
dengan HT adalah salah satunya. Komunitas radio, seperti Orari sangat membantu
meningkatkan kesiapsiagaan dan evakuasi warga ke tempat yang lebih aman dalam
waktu singkat. Selain itu, radio komunitas juga sangat membantu dalam
memberikan informasi kepada masyarakat. Seperti halnya di Kelud terdapat radio
komunitas bernama Kelud FM yang didirikan pada pertengahan tahun 2010, untuk menyuarakan
kabar aktual aktivitas Gunung Kelud dalam situasi waspada, siaga atau awas yang
berasal dari berita Pusat Vulkanologi, Mitigasi dan Bencana Geologi [PVMBG].
Gunungapi Kelud berbentuk strato, secara administratif
terletak di tiga Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang,
Provinsi Jawa Timur dan secara geografis terletak pada posisi 7º 56’ 00” LS, 112º
18’ 30” BT dengan ketinggian puncak 1.731 meter di atas permukaan laut. Aktivitas
terakhir terjadi pada tahun 2007 diawali dengan peningkatan aktivitas kegempaan
dan diakhiri dengan erupsi efusif pada tanggal 3 - 4 November 2007 berupa kubah
lava ditengah danau kawah dengan volume kubah sebesar 16,2 juta m³. Pada 13
Februari 2014 pukul 22.50 WIB, erupsi terjadi lagi.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana [BNPB]
Syamsul Maarif yang berada di lokasi bencana erupsi terjadi, mendapatkan
telepon dari Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono yang memberikan arahan pada
Jumat, 14 Februari 2014 pukul 06.05 WIB sebagai berikut :
1.
Kepala BNPB agar menangani dampak erupsi Gunung Kelud
dengan memperkuat atau mendampingi Pemda Kabupaten Blitar, Kediri dan Malang.
2.
Penuhi semua kebutuhan pengungsi.
3.
Gubernur Jatim telah diperintahkan merapat ke daerah
untuk memberikan bantuan.
4.
Pastikan ke PVMBG apakah letusan ini yang terbesar atau
akan ada letusan berikutnya.
Kemudian, Kepala BNPB langsung menginstruksikan Deputi
dan Direktur di jajaran BNPB untuk segera menindaklanjutinya, dengan pengerahan
potensi nasional untuk memberikan pendampingan kepada Pemda Jatim dan Pemda
Kabupaten Blitar, Malang, dan Kediri, yakni dari BNPB, TNI, Polri, KemenPU, Basarnas,
Kemensos, Kemenkes dan Kemenhub. Bantuan yang diberikan antara lain bantuan
logistik dan peralatan,bantuan pendanaan, bantuan administrasi dan manajerial
serta pembersihan abu pasir di jalan, rumah dan lingkungan.
Tanggap darurat bencana menurut Undang-undang Nomor 24
Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan dengansegera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk
yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban,
harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan,
prasarana dan sarana. Hal ini diperkuat oleh Peraturan Bupati Nomor
188/60/409.012/KPTS/2014 tentang Penetapan Status Keadaan Komando Tanggap Darurat
dan Perpu Siaga Darurat Bencana Nomor : 188/59/409.012/KPTS/2014. Kegiatan
tanggap darurat erupsi Gunung Kelud di Kabupaten Blitar dimulai pada tanggal 13
Februari 2014 pukul 22.50 WIB yaitu pada saat terjadierupsi atau setelah
sekitar 1 jam 35 menit setelah ditetapkan status Gunung Kelud dari Siaga
menjadi Awas. pada tanggal 13 Februari 2014 pukul 16.00 WIB, Bupati Blitar telah
memerintahkan pelaksanaan evakuasi kepada warga berdampak [radius 10 km dari Puncak
Gunung Kelud] di empat kecamatan yaitu Kecamatan Garum, Kecamatan Nglegok, Kecamatan
Gandusari dan Kecamatan Ponggok.
Wilayah terdampak letusan Gunung Kelud di Kabupaten
Blitar sebanyak tiga kecamatan yaitu tiga desa di kecamatan Ponggok, empat desa
di Kecamatan Nglegok, tiga desa di Kecamatan Garum dan tujuh desa di Kecamatan
Gandusari.
Terdapat 16 desa yang terdampak secara langsung dalam
radius 5-10 km dari puncak gunung Kelud. Berdasarkan data Sensus Penduduk 2010
yang dilakukan oleh BPS, 16 desa terdampak yang berada di 4 [empat] kecamatan
di Kabupaten Blitar dihuni oleh lebih dari 115 ribu penduduk. Warga mengungsi
ditempat yang telah ditentukan sebelumnya yang tersebar di 63 titik evakuasi
yang telah disepakati. Jumlah pengungsi di 63 lokasi pengungsian pada saat erupsi
Gunung Kelud tersebar di 4 [empat] kecamatan mencapai 32.846 jiwa.
TNI dalam hal ini Kodim dan Polres memberikan bantuan
mobil truck yang telah disediakan di tempat-tempat yang telah ditetapkan
apabila terjadi letusan Gunung Kelud, dan dibantu dengan mobil truck yang
dimiliki oleh warga setempat, sehingga memudahkan proses evakuasi saat terjadi
letusan Gunung Kelud. Untuk kebutuhan makan selama 1 x 24 jam swadaya
masyarakat yang meliputi kelurahan setempat dan camat setempat bergotong-royong
untuk menyediakan pangan untuk kebutuhan pengungsi dan ini dilakukan secara
spontan. BPBD dan PMI bekerjasama memberikan sarana air bersih di tempat
pengungsian pada saat tanggap darurat bencana dan pasca tanggap darurat. Hal
ini terbukti dengan adanya mobil keliling berupa tanki air yang berkeliling
secara bergiliran di wilayah kelurahan dan kampung kampung yang terdampak
bencana Kelud. Dampak dari letusan ini pada wilayah Kabupaten Blitar
menyebabkan rumah rusak sebanyak 104 unit di Desa Sumbersari, 70 unit di
kampung Bledak dan 18 unit di Kampung Kali Kuning Desa Penataran dan 1 unit di
Desa Bacem, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Sarana serta fasilitas umum yang rusak selain rumah
adalah balai umum, fasilitas peribadatan dan fasilitas pendidikan. Fasilitas peribadatan
yang rusak terjadi di dua desa dengan rincian 3 unit di Desa Sumbersari dan 2
unit di Desa Penataran. Sedangkan untuk fasilitas pendidikan 2 unit di desa
Sumbersari dan untuk fasilitas lainya berupa dua unit kantor perkebunan di Desa
Penataran.
Sarana dan prasarana untuk penyelamatan penduduk sudah
memadai semua, namun masih terdapat beberapa kampung di Kecamatan Gandusari
yaitu Kampung Aceh Bawah dan Kampung Aceh Atas, cukup mengalami kesulitan yang
berarti karena akses jalan sangat terbatas, terbukti saat turun hujan jalan
akses yang menghubungkan akses Kampung Aceh Bawah dan Kampung Aceh Atas
terputus dikarenakan pasca bencana letusan Gunung Kelud, mengalirnya lahar
dingin di sungai yang menghubungkan Kampung Aceh Bawah dan Kampung Aceh Atas.
Kampung Aceh Atas merupakan kampung yang lokasinya kurang lebih 5 km dari
kawah, dan tentu ini sangat berbahaya jika terjadi lagi lentusan Gunung Kelud
di kemudian hari.
Secara kelembagaan, pemerintahnKabupaten Blitar telah
membentuk BadannPenanggulangan Bencana Daerah [BPBD]nyang bertugas
mengkoordinasikan berbagaibkegiatan khususnya antar instansi dalam rangka
penanggulangan bencana.
2.3.3 Pasca Bencana
Pasca letusan,
pemerintah Kabupaten Blitar melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah [Bappeda]
melakukan Musyawarah Perencanaan Pembangunan [Musrenbang] yang diadakan pada
tanggal 6 Maret 2014, dengan salah satu tema yang diangkat mengenai
penanggulangan bencana. Kerusakan yang ditimbulkan oleh letusan Gunung Kelud di
wilayah Blitar tidak begitu parah, sehingga kegiatan perbaikan rumah dan fasilitas
umum dilakukan oleh swadaya masyarakat dibantu oleh aparat TNI, Polri dan pemerintah
setempat. Genting yang rusak diganti dengan genting yang disuplai oleh pemerintah
setempat dan dilakukan perbaikan dalam kegiatan karya bhakti ini. Pemulangan
pengungsi yang dilakukan pada tanggal 20 Februari 2014, saat status Gunung
Kelud diturunkan dilakukan kegiatan karya bhakti di masing-masing permukiman
agar penduduk dapat langsung menempati rumah mereka. Selain kegiatan ini penduduk
juga diberi bantuan pangan untuk mencukupi kebutuhan mereka selama beberapa
hari ke depannya.
Sesuai dengan
instruksi dari Gubernur Jawa Timur, bahwa rehab rekon diselesaikan dalam jangka
waktu dua minggu, untuk kabupaten Blitar dapat selesai sebelum dua minggu
karena tidak adanya kerusakan yang parah dan banyak penduduk yang memperbaiki
rumah mereka sendiri. Selain itu perbaikan juga dilakukan untuk memperlancar
kembali saluran air ke rumah-ru,ah masyarakat yang rusak akibat letusan,
perbaikan ini dilakukan dengan menyambung kembali pipa yang patah dan mengganti
dengan yang baru apabila pipa tidak dapat digunakan kembali.
LETUSAN GUNUNG KELUD : SEJARAH, AKIBAT, DAN PENANGGULANGAN
Reviewed by dailytips
on
February 28, 2017
Rating:
No comments